Saidina Zubayr ibn al-Awwam ra
Perajurit Allah Pengiring Rasulullah
Antara Thalhah dan Zubayr adalah dua serangkai. Bila yang seorang
disebut maka yang kedua pun disebut. Mereka sama-sama beriman pada
tahun yang sama dan wafat dalam tahun yang sama pula. Kedua-duanya
tergolong dalam sepuluh orang yang "mubasyarin bil jannah".
Zubayr masuk Islam dalam usia lima belas tahun dan ia hijrah dalam
usia delapan belas tahun sesudah menderita penganiayaan dan siksaan
bertubi-tubi karena mempertahankan keimanannya. Pamannya sendirilah
yang menyiksanya. Zubayr digulung ke dalam tikar, lalu kakinya
digantung diatas dan dibawah kepalanya ditaruh api yang membara.
Pamannya berkata, "Kembali kamu kepada penyembahan berhala !" Tapi
Zubayr menjawab, "Saya tidak akan kembali kafir lagi sama sekali."
Ibnu Asakir telah mengeluarkan dari Said bin Al-Musaiyib, dia
berkata: Orang pertama yang menghunus pedangnya fisabilillah ialah
Zubayr bin Al-Awwam ra. Pada suatu hari, sedang dia sibuk dengan
kerjanya, tiba-tiba terdengar olehnya desas-desus bahwa Rasulullah SAW
telah dibunuh orang.
Zubayr tidak membuang waktu lagi, lalu mengambil pedangnya keluar
mencari-cari sumber berita itu. Di tengah jalan dia bertemu dengan
Rasulullah SAW sedang berjalan, wajahnya tertegun. Rasulullah SAW lalu
bertanya: “Mengapa engkau wahai Zubayr, terkejut?”
Jawabnya: “Aku dengar berita, bahwa engkau telah dibunuh orang!”
Rasulullah SAW juga terkejut, lalu berkata: “Kalau aku dibunuh orang,
maka apa yang hendak engkau buat?” Jawab Zubayr: “Aku akan menentang
semua orang Makkah, karena itu!” Rasulullah SAW lalu mendoakan segala
yang baik-baik baginya.
Ibnu Asakir dan Abu Nuaim memberitakan dari Urwah bahwa Zubayr bin
Al-Awwam pernah mendengar bisikan syaitan yang mengatakan bahwa
Muhammad SAW telah dibunuh dan ketika itu Zubayr baru saja berusia dua
belas tahun. Zubayr lalu mengambil pedangnya, dan berkeliaran di
lorong-lorong Makkah mencari Nabi SAW yang ketika itu berada di daerah
tinggi Makkah, sedang di tangan Zubayr pedang yang terhunus.
Apabila dia bertemu dengan Nabi SAW, Baginda bertanya: “Kenapa
engkau dengan pedang yang terhunus itu hai Zubayr?” Beliau menjawab:
“Aku dengar engkau dibunuh orang Makkah.”
Rasulullah SAW tersenyum, lalu bertanya lagi: “Apa yang hendak
engkau perbuat, jika aku terbunuh?” Maka jawab Zubayr: “Aku akan
menuntut balas akan darahmu kepada siapa yang membunuhmu!”
Rasulullah SAW lalu mendoakan bagi Zubayr dan bagi pedangnya,
kemudian menyuruhnya kembali saja. Maka itu dianggap sebagai pedang
pertama yang terhunus fisabilillah. (Kanzul Ummal 5:69; Al-Ishabah
1:545)
Zubayr adalah prajurit dakwah yang menyandang senjata untuk melawan
orang-orang yang menghendaki gugurnya dakwah Islamiah selagi dalam
kandungan. Kepahlawanannya telah tampak pertama kali pada waktu perang
Badar. Dalam peperangan itu, pasukan Quraisy menempatkan pendekarnya di
barisan paling hadapan yang dipimpin oleh Ubaidah bin Said Ibnul Aash.
Beliau dikenal sebagai seorang yang paling berani, paling pandai dalam
menunggang kuda dan paling kejam terhadap lawan. Kaum Quraisy sengaja
menempatkannya di barisan terdepan untuk menentang pahlawan-pahlawan
berkuda kaum muslimin.
Zubayr segera memandang ke arah Ubaidah. Ternyata seluruh tubuhnya
berbalut senjata (baju besi) sehingga sulit ditembus dengan senjata.
Yang tampak dari Ubaidah hanya kedua matanya saja. Zubayr berpikir
bagaimana caranya mengalahkan musuhnya yang berbaju besi itu dan ia
menemukan cara yang jitu. Setelah siap, Zubayr terjun kemedan tempur
dan terjadilah perang tanding yang seru sekali.
Dalam dua kali putaran Zubayr mengarahkan lembingnya ke mata
Ubaidah dan berhasil menusuk kedua mata itu sampai ke belakang
kepalanya. Ubaidah, pendekar Quraisy itu berteriak dan jatuh tersungkur
tanpa gerak. Menyaksikan terbunuhnya Ubaidah yang tragis ini, barisan
kaum musyrikin ketakutan. Lembing milik Zubayr kemudian diminta oleh
Rasulullah SAW. Lembing itu kemudian berada di tangan Abu Bakar, Umar,
Uthman, Ali dan Abdullah ibnu Zubayr meminta lembing itu untuk
disimpannya. Terbunuhnya pendekar Quraisy Ubaidah menambah semangat
juang Umat Islam dalam setiap peperangan dan mereka selalu dapat
memenangkannya.
Yunus menyebut dari Ibnu Ishak, bahwa Talhah bin Abu Talhah
Al-Abdari, pembawa bendera kaum Musyrikin pada hari Uhud telah mengajak
perang tanding, tetapi tiada seorang pun yang mau keluar menemuinya.
Maka Zubayr bin Al-Awwam ra keluar untuk menghadapinya.
Mereka berdua bertarung sampai Zubayr melompat ke atas untanya, dan
menariknya jatuh ke atas tanah, dan di situ dia bertarung dengan
Talhah, sehingga akhirnya Zubayr dapat mengalahkan Talhah dan
membunuhnya dengan pedangnya. Lantaran itu Rasulullah SAW telah
berkata: “Tiap-tiap Nabi ada pengiringnya, dan pengiringku ialah
Zubayr.” Kemudian Baginda berkata lagi: “Kalau Zubayr tidak keluar
melawannya, nescaya aku sendiri yang akan keluar dan melawannya, karena
melihat banyak orang yang tidak sanggup melawannya.2 (Al-Bidayah
Wan-Nihayah 4:20)
Yunus memberitakan lagi dari Ibnu Ishak yang berkata: Pada hari
pertempuran Khandak, telah keluar Naufal bin Abdullah bin Al-Mughirah
Al-Makhzumi seraya mengajak untuk lawan tanding. Maka segera keluar
menghadapinya Zubayr bin Al-Awwam ra. dan melawannya sehingga dia dapat
membelah tubuh musuhnya menjadi dua, sehingga pedangnya menjadi tumpul.
(Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:107)
Ibnu Jarir telah mengeluarkan dari Asma binti Abu Bakar ra, bahawa beliau berkata:
Telah datang seorang Musyrik yang lengkap dengan senjatanya, dia
lalu mendaki di sebuah tempat yang tinggi, seraya berteriak: “Siapa
yang mau bertanding dengan aku!” Rasulullah SAW berkata kepada
seseorang di situ: “Boleh engkau bertanding dengan dia?” Jawab orang
itu: “Jika engkau suruh, hai Rasulullah!”
Maka tiba-tiba Zubayr menjengukkan dirinya, maka dia dilihat oleh
Rasulullah SAW seraya berkata kepadanya: “Hai putera Shafiyah! Bangun
menghadapinya!” Zubayr ra segera mendatangi musuh itu dan mendaki bukit
hingga tiba di puncaknya. Mereka lalu berduel, sehingga kedua-duanya
berguling-guling dari atas bukit itu.
Lalu Rasulullah SAW yang dari tadi melihat peristiwa itu, berkata:
“Siapa yang tersungkur ke bawah bukit itu, dialah yang akan mati.” Maka
masing-masing Nabi SAW dan kaum Muslimin mendoakan supaya yang jatuh
dahulu itu si kafir. Maka benarlah si kafir itu yang jatuh dulu,
manakala Zubayr jatuh ke atas dadanya, lalu si kafir itu mati. (Kanzul
Ummal 5:69)
Baihaqi memberitakan dari Abdullah bin Zubayr ra, beliau berkata:
Pada hari pertempuran Khandak, aku masih kecil dan aku dikumpulkan
dengan kaum wanita dan anak-anak kecil di tempat yang tinggi, dan
bersama kami ialah Umar bin Abu Salamah. Kerap Umar membenarkan aku
menaiki bahunya untuk melihat apa yang terjadi di bawah sana. Aku
melihat ayahku mengayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri, pendek kata
siapa saja yang coba mendekatinya, dihabisinya dengan pedangnya.
Pada waktu petang, datang ayahku ke tempat kami untuk menjenguk,
lalu aku berkata kepadanya: “Ayah! Aku lihat engkau berperang pada hari
ini, dan apa yang engkau lakukan tadi!” Ayahku menjawab: “Engkau lihat
apa yang ayah buat, duhai anakku?” Jawabku: “Ya.” Dia lalu berkata
lagi: “Aku lakukan untuk mempertahankanmu, demi ayah dan ibuku!”
(Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:107)
Bukhari telah mengeluarkan dari Urwah ra bahwa para sahabat
Rasulullah SAW berkata kepada Zubayr ra pada hari pertempuran di
Yarmuk: “Pimpinlah kami untuk menerobos barisan musuh, kami akan ikut
di belakangmu!” Zubayr menjawab: “Nanti kalau aku menggempur mereka,
kamu akan duduk di belakang saja.”
Jawab mereka: “Tidak, kami akan sama-sama menggempur!” Maka Zubayr
pun menerobosi barisan musuh serta menggempur mereka, dan tidak ada
seorang pun bersamanya ketika itu, lalu dia kembali lagi ke barisannya,
sedang lehernya penuh luka-luka oleh pukulan musuh. Ada dua bekas luka
di situ, yang satu adalah dari bekas kena pukulan di hari Badar.
Berkata Urwah ra: “Aku pernah memainkan tempat bekas luka itu
ketika aku kecil, dan ketika itu Abdullah juga masih kecil, umurnya
sepuluh tahun, lalu ayah kami Zubayr mengajaknya naik di atas kuda,
kemudian diserahkannya kepada orang lain.” (Al-Bidayah Wan-Nihayah
7:11)
Rasulullah SAW merasa bangga terhadap Zubayr, dan ia bersabda :
"Setiap nabi mempunyai pengikut pendamping yang setia (Hawari) dan
hawariku adalah Zubayr ibnul Awwam." Kecintaan Rasulullah SAW kepada
Zubayr bukan hanya disebabkan ia anak bibi Rasulullah SAW, tetapi
karena Zubayr memang seorang pemuda yang setia, ikhlas, jujur, kuat,
berani,murah tangan dan telah menjual diri dan hartanya kepada ALLAH.
Dia adalah seorang pengelola perdagangan yang berhasil dan hartawan,
tapi hartanya selalu diinfakan untuk perjuangan Islam.
Bila diserukan "Hayo berjihad fi Sabilillah", maka ia akan segera
menjadi orang pertama yang datang menyambut seruan itu. Oleh karena
itulah Zubayr selalu mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah
SAW. Selama hidupnya ia tidak pernah tinggal berjihad. Ketika kaum
muslimin mengepung perbentengan bani Quraidah yang kokoh dan sulit
dikuasai, Zubayr bersama Ali bin Abi Thalib menyerbu dengan memanjat
benteng itu sehingga kaum muslimin dapat memasuki dan menguasai benteng
tersebut.
Begitu pula kesigapan Zubayr dalam menyambut seruan jihad pada
perang Ahzaab dan peperangan lainnya sehingga bila Rasulullah SAW
melihatnya, Beliau tersenyum ridho dan gembira, seraya bersabda: “Tiap
nabi mempunyai kawan dan pembela setia (Hawari) dan di antara hawariku
adalah Zubayr." Zubayr tercatat dalam rombongan yang pernah hijrah ke
negeri Habasyah sebelum hijrah ke Madinah.
Ketika Amru Ibnul Aash meminta bala bantuan tentara kepada Amirul
Mukminin, Umar Ibnul Khattab untuk memperkuat pasukan memasuki negeri
Mesir dan mengalahkan tentara Romawi yang kala itu menduduki Mesir,
Saidina Umar ra mengirim empat ribu prajurit yang dipimpin oleh empat
orang komandan dan ia juga menulis surat yang isinya:
“Aku mengirim empat ribu prajurit bala bantuan yang dipimpin empat
orang sahabat yang terkemuka dan masing-masing bernilai seribu orang.
Tahukah anda siapa empat orang komandan itu? Mereka adalah Zubayr Ibnul
Awwam, Ubadah Ibnu Assamit, Almiqdaad Ibnul Aswad dan Maslamah bin
Mukhallid.”
Ketika menghadapi benteng Babylon, kaum muslimin sukar membuka dan
menguasainya. Zubayr ra memanjati dinding benteng dengan tangga. Lalu
ia berseru "Allahu Akbar" dan disambut dengan kalimat tahuid oleh
pasukan yang berada di luar benteng. Hal ini membuat pasukan musuh
gentar, panik dan meninggalkan pos-pos pertahanan mereka sehingga
Zubayr dan kawan-kawannya bergegas membuka pintu gerbang maka
tercapailah kemenangan yang gilang gemilang pada kaum Muslimin.
Ketika terjadinya Perang Jamal antara pasukan yang dipimpin
Saiditina Aisyah ra dengan pasukan Ali ra, Zubayr bertemu dengan Ali
dan menyatakan dirinya tidak lagi memihak dan akan berusaha mendamaikan
kedua pasukan itu. Setelah itu maka beliau pun pergi. Tetapi beliau
diikuti oleh beberapa orang yang menginginkan berlanjutnya fitnah dan
perang. Zubayr ditikam ketika sedang menghadap Allah (dalam keadaan
menunaikan shalat). Moga Allah merahmati rohnya dan roh para sahabat
radhiallahu ‘anhum.
No comments:
Post a Comment